Beginilah kami haturkan sembah kami ke hadapan-Mu, Hyang Paramakawi . Karunia beras-Mu kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami ulat-ulat jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu, Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. . Maka, inilah SARAD persembahan kami Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk kayonan cerah makenyah kami letakkan di sisi kiri pamedal genah tawur di...
Judul Buku : Sunari Pengarang : I Ketut Rida Penerbit : Yayasan Obor, Jakarta Tahun, tebal : 1999, 82 halaman Setelah 60 tahun lebih, kini novel berbahasa Bali terbit lagi di Jakarta. Ceritanya ringan, namun baik untuk belajar bahasa Bali. Yayasan Rancage yang berpusat di Bandung pun langsung memberi Hadiah Rancage Tahun 2000. Novel Sunari karya I Ketut Rida (1939) merupakan salah satu karya penting dalam sejarah sastra Bali modern karena dua alasan. Pertama, novel Sunari muncul justru ketika perkembangan sastra Bali modern (seperti juga umumnya sastra berbahasa daerah di daerah lain di Nusantara) dilanda rasa keprihatinan yang mendalam karena jarangnya karya sastra yang terbit dan tipisnya sambutan masyarakat. Kehadiran Sunari setidaknya menyuntikkan rangsangan baru untuk menyemarakkan perkembangan sastra Bali modern memasuki milenium baru.