Beginilah kami haturkan sembah kami ke hadapan-Mu, Hyang Paramakawi . Karunia beras-Mu kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami ulat-ulat jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu, Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. . Maka, inilah SARAD persembahan kami Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk kayonan cerah makenyah kami letakkan di sisi kiri pamedal genah tawur di...
Surat itu dilayangkan dari nun jauh disana: Belgia. Pengirimnya, Adam Gunter, cuma butuh beberapa detik mengirim surat itu sampai di Redaksi SARAD, di Denpasar, Bali. Segera kami sadar, inilah surat elektronik ( e-mail ) pertama yang kami terima sejak kami on-line di jagat maya internet, minggu pertama Januari 2000. Tekad membuat situs web muncul begitu kami merancang SARAD edisi cetak. Usul itu dilontarkan Made Widnyana Sudibya, yang menekuni website sejak dua tahun terakhir. Dialah yang kemudian menjadi webmaster kami. Sejumlah website sudah digarap rekan yang kami akrab sapa Pak Wid ini. Jika Anda seorang peselancar di dunia maya, lantas bertemu dengan baliethnic.com , itulah salah satu situs rancangan Pak Wid. ‘Tukang insinyur’ jebolan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Unud ini, mengaku girang tak alang kepalang ketika sejumlah e-mail lainnya masuk susul-menyusul. Dia pun sigap membalas setiap surat, sama sigapnya dengan...