Beginilah kami haturkan sembah kami ke hadapan-Mu, Hyang Paramakawi . Karunia beras-Mu kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami ulat-ulat jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu, Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. . Maka, inilah SARAD persembahan kami Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk kayonan cerah makenyah kami letakkan di sisi kiri pamedal genah tawur di...

Ia mencontohkan pulau kelahirannya, Bali, yang ternyata telah dikungkung dogma harmoni. Ia menuduh pembangunan Bali yang menitikberatkan pada sektor pariwisata, mengakibatkan kerugian bertumpuk-tumpuk. Salah satu penyebab kerugian adalah dogma harmoni itu tadi.
Hidup bergelimang harmoni ter-nyata dengan gemilang menenangkan orang Bali. Orang Bali benar-benar adem. Mereka pun takut keluar dari buaian keharmonisan itu, takut dituduh penyebab disharmoni. Akibatnya, orang Bali gampang direkayasa untuk kepentingan macam-macam dengan dalih harmoni. “Itulah kita sebagai orang Bali. Sudah terbius oleh opium harmoni,’’ ujarnya.
Ada jalan keluar untuk menghadapi buaian ini, Dayu? Ia menawarkan agar orang Bali mencoba membangun harmoni yang tidak membuat mereka terlena. Dayu Mas mengusulkan, agar orang Bali mencoba membangun harmoni yang kritis. Karena itulah ia merintis Sua Bali, sebuah tempat berkunjung dengan konsep pariwisata lingkungan, di Desa Kemenuh, Gianyar. “Sua Bali adalah tempat untuk menemukan Bali,” kata wanita setengah baya ini. Di sini ia bereksperimen prihal pemberdayaan masyarakat pedesaan, khususnya pariwisata.
Dayu Mas menganjurkan agar masyarakat bersikap sangat hati-hati dengan mahluk yang bernama pariwisata. “Di mana-mana di muka bumi ini pariwisata itu merusak,” katanya. Banyak wiastawan yang plesir ke Bali karena sumpek di negerinya, tengah menghadapi bermacam persoalan, membuat tubuh mereka dijejali partikel-partikel negatif. “Ke sini mereka menyebarkan partikel-partikel negatif itu, menularkannya ke kita. Tempat-tempat suci tercemar, kita pun dibuatnya kacau balau,” sergahnya.
Comments
Post a Comment