Skip to main content

Posts

Showing posts with the label SUSILA (Etika)

Om Swastiastu

SARAD

  Beginilah kami haturkan sembah kami  ke hadapan-Mu,  Hyang Paramakawi .  Karunia beras-Mu  kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami  ulat-ulat  jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu,  Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati  Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung  menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. .   Maka, inilah  SARAD  persembahan kami  Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk  kayonan  cerah  makenyah  kami letakkan di sisi kiri  pamedal genah tawur   di...

Tak Dosa, Pakai Busana Warna-warni ke Pura

Konsultasi Susila Ida Bagus Wijaya Kusuma Siapa Berhak Diberi? Kalau sedang makan di tempat makan terbuka, seperti di lesehan, saya sering didatangi pengemis. Ada anak-anak, ada ibu-ibu setengah umur. Ada juga wanita dengan menggendong bayinya. Begitu juga kalau sedang mengendarai kendaraan saat  lampu merah, jendela mobil adakalnya digedor orang yang berlaku seperti pengemis. Sejauh ini, saya tak pernah memberi sepeser pun kepada mereka. Soalnya, saat tinggal di luar Bali saya sering melihat pengemis pun ada sindikatnya, ada yang mengorganisasi mereka. Karena tak pernah memberi kepada pengemis itu, saya sering dibilang pelit oleh saudara-saudara saya.  Benarkah tindakan saya atau keliru? Apakah setiap pengemis atau orang yang minta kepada kita mesti kita berikan, walaupun dia disuruh orang lain, misalnya? Apakah itu tidak berarti akan mendidik orang jadi malas? Apakah ini tidak dosa? Adakah etikanya untuk memberikan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan? Bagaimana kriter...

Mempererat Kekerabatan di Hari Umanis Galungan

Umanis Galungan saat tepat masimakrama, untuk mempererat tali kekerabatan. Kalau toh dimanfaatkan untuk maceki dan meapelalianan, hendaknya jangan sampai menjadi perjudian.   Hari Umanis Galungan dimanfaatkan oleh masyarakat Bali untuk masimakrama dengan keluarga dan sanak famili. Tak ketinggalan, bajang-teruna merayakannya dengan melali ke tempat-tempat rekreasi dan pusat perbelanjaan.  Ida Pedanda Gede Pidada Punia Atmadja melihat keduanya sebagai ungkapan suka cita. Berikut pandangan Sulinggih yang pernah menjabat Ketua Umum PHDI Pusat ini.   Mengapa saat Umanis Galungan umat Hindu melaksanakan simakrama?   Hari Umanis Galungan adalah hari yang sangat baik mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Ini bertalian dengan aspek individu dan aspek sosial manusia. Sebagai individu, manusia tidak bisa terlepas dari ikatan kekeluargaan. Manusia tidak dapat hidup sendiri, ia memiliki ayah, ibu, saudara dan sanak fam...

Tirthayatra, Mengapa Tidak ke Panti Sosial?

Tanya Jawab Prihal Susila:   Ida Bagus Wijaya Kusuma   Simakrama dan Dharma Santi Tertarik hati saya membaca tulisan tentang simakrama pada hari Umanis Galungan yang disajikan SARAD edisi Nomor 1/Tahun I, Januari 2000. Dari paparan yang disampaikan Ida Pedanda Oka Punia Atmaja di situ, saya mendapatkan gambaran bahwa hari raya Galungan tidak saja menonjolkan kesan kemeriahan upacara dengan upakaranya, tapi juga penuh makna kemanusiaan. Ini penjelasan yang saya rasakan sangat bermanfaat.  Berkaitan dengan pemaknaan sisi kemanusiaan (sisi sosial) suatu hari besar keagaamaan, saya ingin mengajukan pertanyaan: apakah makna dharma santi setiap habis hari Nyepi? Lebih daripada itu, apakah tradisi ‘dharma santi’ itu memang ada dalam Hindu di Bali atau Hindu di Nusantara, ataukah itu hanya tradisi baru yang diciptakan? Adakah pijakan sastra-agamanya? Dan, kapan sebaiknya ‘dharma santi’ itu dilakukan, apakah bersamaan dengan Ngembak Geni, sehari setelah Nyepi, atau bat...