Beginilah kami haturkan sembah kami ke hadapan-Mu, Hyang Paramakawi . Karunia beras-Mu kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami ulat-ulat jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu, Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. . Maka, inilah SARAD persembahan kami Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk kayonan cerah makenyah kami letakkan di sisi kiri pamedal genah tawur di...
Konsultasi Susila Ida Bagus Wijaya Kusuma Siapa Berhak Diberi? Kalau sedang makan di tempat makan terbuka, seperti di lesehan, saya sering didatangi pengemis. Ada anak-anak, ada ibu-ibu setengah umur. Ada juga wanita dengan menggendong bayinya. Begitu juga kalau sedang mengendarai kendaraan saat lampu merah, jendela mobil adakalnya digedor orang yang berlaku seperti pengemis. Sejauh ini, saya tak pernah memberi sepeser pun kepada mereka. Soalnya, saat tinggal di luar Bali saya sering melihat pengemis pun ada sindikatnya, ada yang mengorganisasi mereka. Karena tak pernah memberi kepada pengemis itu, saya sering dibilang pelit oleh saudara-saudara saya. Benarkah tindakan saya atau keliru? Apakah setiap pengemis atau orang yang minta kepada kita mesti kita berikan, walaupun dia disuruh orang lain, misalnya? Apakah itu tidak berarti akan mendidik orang jadi malas? Apakah ini tidak dosa? Adakah etikanya untuk memberikan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan? Bagaimana kriter...