Skip to main content

Posts

Showing posts with the label IDE DANE (Tokoh)

Om Swastiastu

SARAD

  Beginilah kami haturkan sembah kami  ke hadapan-Mu,  Hyang Paramakawi .  Karunia beras-Mu  kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami  ulat-ulat  jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu,  Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati  Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung  menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. .   Maka, inilah  SARAD  persembahan kami  Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk  kayonan  cerah  makenyah  kami letakkan di sisi kiri  pamedal genah tawur   di...

Komang Sudiani - Tukang Banten

B anyak dara manis bisa ditemui kalau ada karya agung seperti  Eka Dasa Rudra  atau  Panca Bali Krama , misalnya. Mereka datang  mabakti , mengenakan kebaya anyar, kain bangus, dan menebarkan wangi parfum. Tapi sedikit  sekali gadis yang sibuk menjadi  pengayah , membantu kelancaran upacara.  Komang Sudiani  tentu beda. Tubuhnya yang sedang membuat ia selalu gesit sibuk  carat-curut  setiap ada karya di pura  Sad Kahyangan . " Tiang  sudah biasa  ngayah  seperti ini. Kadang harus memperbaiki  jejaitan  atau  tandingan banten . Cukup melelahkan, tapi  tiang  bahagia," katanya kepada SARAD ketika ia  ngayah  di Pura Ulun Danu Batur.   Bagi  Koming , panggilannya sehari-hari,  ngayah  di pura Sad Kahyangan adalah kebahagiaan paling lengkap. Maklum,  ngayah  sudah dilakoninya sejak kecil. Biasanya ia berangkat bersama adik dan kakaknya, mengikuti  uwa- ...

Putu Suasta - Nganten

S ejauh-jauh lelaki pergi, akhirnya kembali jua ke pangkuan wanita.  Putu Suasta , lelaki Bali pengelana itu, melepas masa lajang-nya. Resepsi pernikahannya diselenggarakan di Taman Budaya, Denpasar, malam Minggu, 13/11/99 lalu. Tentu ia punya alasan tersendiri untuk itu. "Saya menyukai tempat ini, karena di sini saya bertemu rekan-rekan yang selalu bahagia karena mereka menikmati jiwa yang merdeka," ujar Putu di tengah riuh rendah rekan-rekannya memberi ucapan selamat.   Putu, di antara kesibukannya menjadi pembicara di banyak seminar, jadi moderator di banyak diskusi, selalu menyempatkan diri mampir ke Taman Budaya. Ia mendirikan Warung Budaya, tempat kunpul-kumpul seniman muda, terutama sastrawan.   Apakah ia akan tetap garang mengecam ketidakberesan di Bali seperti sering dilakukannya selama ini? Setelah berumahtangga apakah ia tetap menyemburkan kritik untuk penguasa? "Pasti, saya akan tetap konsisten dengan apa yang saya perjuangkan," ujar putra pertama Made M...

Jero Gede Batur - Dwi Tunggal

J ejak sejarah dwi tunggal tak cuma hadir di percaturan politik nasional (seperti Soekarno-Hatta, atau Gus Dur-Megawati), tapi juga di tingkat lokal: Bali. Dwi tunggal Bali ini tak ada sangkut pautnya dengan politik, tapi erat dengan ketakwaan umat Hindu. Siapa saja yang pernah pedek tangkil ke  Pura Ulun Danu Batur , akan bersua dengan pangelingsir pura:  J ero Gede Duwuran  dan  J ero Gede Alitan , sering disebut sebagai  Jero Gede Mekalihan . Artinya Jero Gede berdua.    Laku dwi tunggal  Jero Gede Mekalihan  tidak semata saat acara seremonial, tapi lebih utama pada kegiatan ritual. "Pengambilan keputusan dalam ngempon parhyangan Ulun Danu Batur mesti kami bahas berdua sebelum disampaikan kepada krama" kata Jero Gede Duwuran. Mereka berdua yang bertangungjawab menjaga keutuhan warga adat Batur, yang terbagi dalam beberapa kelompok, seperti  Jero Gamel, Jero Baris, Jero Undagi.   Jero Gede Duwuran  mengaku hadir di Besakih ke...

IB Adnyana Manuaba - Tak Lupa Kawitan

Sulit sekali melupakan kawitan saya di Unud,” ujar Prof Drs IB Adnyana Manuaba geleng-geleng kepala. Lho, memangnya Unud itu milik keluarga? Guru besar ergonomi, anggota MPR RI dari utusan daerah Bali, itu pun bercerita begini.   Usai Sidang Umum MPR, Oktober 1999 lalu, sebenarnya Adnyana terpilih kembali sebagai anggota Badan Pekerja  (BP) MPR, berkat kepiawaian olah intelektualnya. Klausul tentang pariwisata dalam Tap MPR tentang GBHN, secara utuh sampai titik komanya, merupakan buah pikirannya. “Ini sejarah bagi orang Bali,  karena hampir selama tiga puluh tahun tahun terakhir hal itu tak pernah ada,” katanya bangga. Lantas apakah Adnyana Manuaba menerima posisi itu?   “Tidak saya menolak,” katanya kepada SARAD.  Sebabnya, stafnya di S2 dan S3 yang dia rintis mengancamnya. “Kalau Bapak terpilih lagi sebagai  anggota BP MPR, kami akan bubarkan program S2 dan S3 ini,” ujar Adnyana menirukan ancaman anak buahnya. Jika ia terpilih lagi, berarti ia harus teru...

Ketut Sutarmin - Api Cinta Antonio Blanco

Ada dua Ronji yang dibalut kesedihan ketika pelukis Antonio Blanco meninggal di Ubud. Yang pertama adalah Ni Ronji yang dinikahi Blanco, ketika pelukis itu terpana oleh eksositisme pedesaan Bali di tahun 30-an. Ni Ronji yang kedua adalah Ketut Sutarmin (25) yang memerankan tokoh Ni Ronji dalam sinetron Api Cinta Antonio Blanco garapan Ja-tayu Cakrawala Film.   Sutarmin, yang juga sering dipanggil Ketut Melati, tak punya hubungan darah dengan Blanco, “Tapi karena memerankan Ronji, saya jadi dekat dengan dia,” tutur Ketut. “Saya sedih ketika mendengar berita dia me-ninggal. Tapi dia sudah sangat tua, ya?” katanya.   Ketut, anak kedelapan dari sepuluh bersaudara, tak pernah mimpi jadi bintang sinetron. Ia coba-coba saja melamar setelah membaca iklan Jatayu memerlukan gadis Bali asli untuk memerankan Ni Ronji. Ia pun mengikuti tes, menyingkirkan sejenak pekerjaannya sehari-hari membantu kakaknya di salon di Kuta. Ia menyisihkan ratusan pelamar, “Karena kata mereka, saya memiliki s...

Ketut Siandana - Tat Twam Asi

Sumber photo :  sawidji.com Seorang lelaki siteng acap kali muncul di karya-karya piodalan Pura Sad Kahyangan. Tubuhnya yang kekar membuat ia gampang ambil bagian dalam kerja yang memerlukan ketahanan fisik. Misalnya, ketika melasti ke Pantai Klotok saat upacara Panca Bali Krama tahun lalu, atau tatkala mendaki Puncak Mangu, nedunang Ida Batara Luhur Puncak Mangu. Ia selalu sigap, dan kuat. “Ini kegiatan yang sangat membahagiakan,” ujar laki-laki itu, Ketut Siandana   Sulung dari tiga anak laki-laki Wayan Kari ini selalu menyempatkan waktu tangkil ke pura, di tengah kesibukannya mengurus banyak perusahaan. Ia menggeluti mulai dari usaha toko kelontong sampai pelayaran (cruise) untuk wisatawan asing. Semua bisnis itu berpayung di bawah bendera Waka Gae Selaras. Semakin menukik ia ke kegiatan usaha mengurus orang asing,  justru kian kuat hasratnya berada di tempat-tempat suci. Ia ingin, usaha yang digelutinya sejak 1990, tetap mempertahankan kebaliannya. “Usaha-usaha kami m...

Jero Mangku Kusuma - Pawisik

Jika ingin tahu gairah bajang teruna kota menghadap Hyang Widhi, datanglah ke Pura Jagatnatha, di jantung Denpasar, saat purnama tilem. Inilah pura idaman kawula muda usia, pelajar, mahasiswa, dan pekerja belia. Banyak yang masih malu-malu, tak sedikit yang agresif, gesit, saling cubit, manja. Meriah. Yang paling tahu persis tingkah mereka tentu pemangku di Pura Jagatnatha: Jero Mangku Kusuma. “Kita harus memahami keinginan bajang teruna kita,” ujarnya teduh.   Sudah 20 tahun ia mengabdikan diri di Jagatnatha. Ia pun fasih karakter daa teruna Denpasar. Yang dia peroleh adalah, “Melihat anak-anak muda itu, kita bisa meraba seperti apa wajah Hindu di masa depan,” katanya. Ada remaja yang sangat rajin tangkil, sehingga Mangku hafal betul raut wajahnya. Ada pula yang cuma ikut-ikutan ke pura. “Tapi jangan buru-buru menyalahkan mereka. Semua itu proses pencarian untuk bertemu Sang Pencipta,” ujar laki-laki yang fasih berbahasa Belanda, Spanyol, Perancis, Ingggris, dan Jerman ini. Jika a...

Ida Ayu Mas Agung - Membangun Harmoni

Banyak orang mendambakan harmoni, tapi Dra Ida Ayu Mas Agung tidak. Ia justru menuduh harmoni telah menjadikan masyarakat terbuai, terlena, terlelap, tak berbuat apa-apa, dan akhirnya loyo.    Ia mencontohkan pulau kelahirannya, Bali, yang ternyata telah dikungkung dogma harmoni. Ia menuduh pembangunan Bali yang menitikberatkan pada sektor pariwisata, mengakibatkan kerugian bertumpuk-tumpuk. Salah satu penyebab kerugian  adalah dogma harmoni itu tadi.    Hidup bergelimang harmoni  ter-nyata dengan gemilang menenangkan orang Bali. Orang Bali benar-benar adem. Mereka pun takut keluar dari buaian keharmonisan itu, takut dituduh penyebab disharmoni. Akibatnya, orang Bali gampang direkayasa untuk kepentingan macam-macam dengan dalih harmoni. “Itulah kita sebagai orang Bali. Sudah terbius oleh opium harmoni,’’ ujarnya.   Ada jalan keluar untuk menghadapi buaian ini, Dayu? Ia menawarkan agar orang Bali mencoba membangun harmoni yang tidak membuat mereka terle...