Beginilah kami haturkan sembah kami ke hadapan-Mu, Hyang Paramakawi . Karunia beras-Mu kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami ulat-ulat jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu, Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. . Maka, inilah SARAD persembahan kami Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk kayonan cerah makenyah kami letakkan di sisi kiri pamedal genah tawur di...
Soroh Pasek dan Pande punya program membantu anak tak mampu. Keinginan ini menghadapi kendala karena Bali terlanjur diproklamirkan sebagai daerah bebas tiga buta dan prasejahtera. Serombongan anak berseragam putih-merah berlarian di halaman sekolah. Wajah mereka ceria. Kemudian,''Ayo …..sekolah!" Itu sepenggal pesan iklan layanan yang mencoba menerobos sisi kemanusiaan pemirsa, bagi mereka yang masih menyisakan sudut-sudut hati mereka untuk kemanusiaan. Bagi orang Bali, kendati tidak bisa dicatat sebagai sesuatu yang mengesankan, sisi kemanusiaan itu tentu masih ada. Setidaknya, bagi dua keluarga besar soroh di Bali: keluarga besar Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi dan keluarga besar Maha Semaya Warga Pande ."Progam bagi pendidikan anak-anak tidak mampu itu sudah ada sejak tahun 1989,'' ujar Sekjen Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi wilayah Bali, Dr Ir I Gde Pitana Brahmandita, MSc , dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Pr...