Skip to main content

Posts

Showing posts with the label PARAS PAROS (Sosial)

Om Swastiastu

SARAD

  Beginilah kami haturkan sembah kami  ke hadapan-Mu,  Hyang Paramakawi .  Karunia beras-Mu  kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami  ulat-ulat  jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu,  Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati  Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung  menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. .   Maka, inilah  SARAD  persembahan kami  Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk  kayonan  cerah  makenyah  kami letakkan di sisi kiri  pamedal genah tawur   di...

Membantu Anak yang tak Mampu

Soroh  Pasek  dan  Pande  punya program membantu anak tak mampu. Keinginan ini menghadapi kendala karena Bali terlanjur diproklamirkan sebagai daerah bebas tiga buta dan prasejahtera.   Serombongan anak berseragam putih-merah berlarian di halaman sekolah. Wajah mereka ceria.  Kemudian,''Ayo …..sekolah!" Itu sepenggal pesan iklan layanan yang mencoba menerobos sisi kemanusiaan pemirsa, bagi mereka yang masih menyisakan sudut-sudut hati mereka untuk kemanusiaan. Bagi orang Bali, kendati tidak bisa dicatat sebagai sesuatu yang mengesankan, sisi kemanusiaan itu tentu masih ada. Setidaknya, bagi dua keluarga besar soroh di Bali: keluarga besar  Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi  dan keluarga besar  Maha Semaya Warga Pande ."Progam bagi pendidikan anak-anak tidak mampu itu sudah ada sejak tahun 1989,'' ujar Sekjen Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi wilayah Bali,  Dr Ir I Gde Pitana Brahmandita, MSc , dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Pr...

Tak Cukup Sujud, Pedharman Dipugar

Tiga tahun belakangan pembangunan pura-pura padharman di Besakih makin marak. Menepis  kesan jor-joran dan eksklusif, masing-masing soroh saling bantu-membantu. Bahkan ada soroh yang sampai membantu proposal segala. Gusti Nyoman Dharma, pemuda yang lama diperantauan ini tampak bingung memasuki pelataran pura. Le-bih dari enam tahun ia tak pernah pedek tangkil ke Besakih termasuk pura  padharmannya , Pura Padharman Arya Kenceng. Maklum saja, pemuda asal Tabanan kota ini selepas kuliah di Bandung tak langsung mudik, tapi mengadu nasib di kota sejuk Bandung, hingga jarang tangkil. Dalam hati ia tak yakin pura yang ia masuki adalah pura seperti yang ia baca pada sebilah papan didepan pura. ‘’ Patut niki pura padahrman Arya Kenceng ,’’ tanyanya meyakinkan pada pemedek yang juga tangkil. Meski telah terima jawaban, Dharma tak langsung  masila , ambil  canang  dan dupa seperti  pemedek  lainnya. Ia bimbang. Peralatan sembahyangnya ia taruh, lantas ia jalan...