Skip to main content

Posts

Showing posts with the label NYAMA BRAYA (Kerabat)

Om Swastiastu

SARAD

  Beginilah kami haturkan sembah kami  ke hadapan-Mu,  Hyang Paramakawi .  Karunia beras-Mu  kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami  ulat-ulat  jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu,  Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati  Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung  menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. .   Maka, inilah  SARAD  persembahan kami  Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk  kayonan  cerah  makenyah  kami letakkan di sisi kiri  pamedal genah tawur   di...

Ngegalung di Luar Negeri

Agar bisa merayakan Galungan dengan khidmat, warga Bali di Australia bercita-cita membangun pura. Di Belanda Galungan dirayakan dengan ngelawar.   Orang Bali yang beragama Hindu tersebar tidak saja di dalam negeri, tetapi juga di berbagai negeri dis eluruh dunia seperti Amerika, Eropa, Jepang atau Australia. Mereka menetap (untuk sementara atau selamanya) di negeri-negeri itu ada yang karena migrasi, perkawinan, karena tugas belajar atau bekerja.   Bagaimanakah warga Bali diaspora (tersebar) ini merayakan Galungan dan Kuningan di mancanegara? Adakah mereka mabakti, sembahyang atau hanya piknik dalam perayaan Galungan dan Kuningan?   Bagi warga Bali di luar negeri, hari raya Galungan dan Kuningan adalah salah satu hari yang dinanti-nantikan bukan untuk kegiatan ritual total seperti di Bali tetapi lebih sebagai acara untuk beramah-tamah atau mengumbar rindu terhadap kampung halaman. Meski demikian, perayaan hari raya tersebut bukannya bebas sama sekali dari aspek ritual dan...

Menelusuri Jalan Leluhur di Blitar

Pura kahyangan jagat berdiri di Blitar. Arsitekturnya khas Jawa Timur. Padmasana-nya menggunakan dasar ular kobra, bukan naga. Selain sebagai tempat persembahyangan, pura ini memang dimaksudkan untuk menggali kembali kebudayaan Hindu di Jawa yang telah lama terkubur. Ada kesan sangat lain menyusup ke sanubari ketika kami, sejumlah mahasiswa Universitas Udayana, Denpasar, mengikuti upacara piodalan di Pura Penataran Prabha Bhuwana, Blitar, Jawa Timur. Sekilas memang mengingatkan kami pada upacara-upacara piodalan di pura-pura di seantero Bali. Namun, segera kami tersadar, saat itu, kami bukan menjejakkan kaki di tanah Bali, melainkan di sebuah daerah yang dikenal sebagai tanah kelahiran mendiang Presiden RI Pertama, Soekarno  —ratusan kilometer di sebelah barat tanah Bali.  Alunan gamelan yang mengiringi gemulai tarian Jawa memberi nuansa lain. Kidung-kidung dalam bahasa Jawa yang mengiringi Rama Pandita, pemimpin upacara setempat, menguncarkan bait-bait mantra pengantar ...