Beginilah kami haturkan sembah kami ke hadapan-Mu, Hyang Paramakawi . Karunia beras-Mu kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami ulat-ulat jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu, Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. . Maka, inilah SARAD persembahan kami Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk kayonan cerah makenyah kami letakkan di sisi kiri pamedal genah tawur di...
Sejauh-jauh lelaki pergi, akhirnya kembali jua ke pangkuan wanita. Putu Suasta, lelaki Bali pengelana itu, melepas masa lajang-nya. Resepsi pernikahannya diselenggarakan di Taman Budaya, Denpasar, malam Minggu, 13/11/99 lalu. Tentu ia punya alasan tersendiri untuk itu. "Saya menyukai tempat ini, karena di sini saya bertemu rekan-rekan yang selalu bahagia karena mereka menikmati jiwa yang merdeka," ujar Putu di tengah riuh rendah rekan-rekannya memberi ucapan selamat.

Apakah ia akan tetap garang mengecam ketidakberesan di Bali seperti sering dilakukannya selama ini? Setelah berumahtangga apakah ia tetap menyemburkan kritik untuk penguasa? "Pasti, saya akan tetap konsisten dengan apa yang saya perjuangkan," ujar putra pertama Made Matram ini, tak segalak biasanya. Tapi untuk pernikahan ini terus terang ia mengaku, "Saya akhirnya memang harus menyerah tanpa syarat," ujarnya ketika didaulat me-nyampaikan kesan-kesannya menjadi pe-ngantin. Padahal ia dikenal pantang menyerah kalau lagi menghadapi bantahan sasaran-sasaran kritiknya.
Mengenakan pakaian adat pengantin Bali, Putu tampak bahagia sekali malam itu. Ia tertawa-tawa, tersenyum-senyum kiri kanan, mengoyang-goyangkan kepalanya, menyambut ucapan selamat hadirin. Istri-nya, Luh Tatiek Inten Andayani Seputra, kadang-kadang menggamit tangannya, penuh manja. Sungguh, mereka sangat bahagia.
Agus, AW, WS
Comments
Post a Comment