Skip to main content

Om Swastiastu

SARAD

  Beginilah kami haturkan sembah kami  ke hadapan-Mu,  Hyang Paramakawi .  Karunia beras-Mu  kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami  ulat-ulat  jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu,  Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati  Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung  menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. .   Maka, inilah  SARAD  persembahan kami  Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk  kayonan  cerah  makenyah  kami letakkan di sisi kiri  pamedal genah tawur   di...

Geng Karya, Geng Goda

Sumber : Expedia

Di Batur, Kintamani, Desember 1999 lalu berlangsung upacara pabersihan Segara Danu lan Gunung Batur yang menurut pangelingsir Pura Ulun Danu Batur Jero Gede Duwurandan Jro Gede Alitan telah 200 tahun belum pernah dilaksanakan.  Usai tawur, lima gandeng perahu yang memuat wewalungan meluncur ke tengah danau lalu berpencar ke arah nyatur: utara,timur, selatan dan barat, serta satu tetap di tengah. Perahu-perahu lain kemudian menyusul, mengangkut para pangayah. 
  

Hujan yang sejak pagi mengguyur deras, mulai reda. Suasana di tengah danau terasa hening. Lima gandeng perahu bermuatan wewalungan (binatang kurban) tadi telah menempati posisi masing-masing, diam menunggu perahu sekaa gong. Penantian yang khusuk itu tiba-tiba digoda suara berderak keras disertai suara byur, byur, byur, susul menyusul. Bunyi mengagetkan itu datang dari sisi utara danau, tempat upacara tawur.

Ternyata rakit bambu pengikat dua perahu  yang sedang menaikkan rombongan Jero Gamel (penabuh gamelan) patah dan tenggelam. Pamedek di tepi danau kaik-kaik, berteriak panik. Ada juga berteriak geli melihat tingkah krama Jero Gambel yang meski terendam sebatas leher namun tetap ancog-ancog mengangkat tinggi tangannya menyelamatkan cengceng, reong dan kendang-nya. Jazad boleh basah kuyup, tapigamelan jangan. Satu per satu mereka naik ke darat, begitu tenang, kalem, dan langsung menabuh gending baleganjur mengiringi upacara pakelem. Wajah-wajah mereka tetap tampak serius, berkonsentrasi penuh, seolah tidak terjadi apa-apa. 
Pakerimik? Ada. Yang berpikir polos menarik kesimpulan, rakitnya terlalu ringkih untuk memuat lebih dari 25 orang sementara krama Jero Gamel bakti dan kebersamaannya besar untuk paras-paros ngaturang ayah saat pakelem. “Yadiastun bakti, kalau berlebihan tentu berakibat kurang baik,” begitu kata mereka.   
Ada yang melogikakan spirit Dewi Danu yang dipuja sebagai penguasa air berkehendak agar kehadirannya dirasakan oleh panjak-panjak Sang Dewi. Memang, sejak pagi, yang tetap kering dan hangat adalah Jero Gambel yang menabuh gamelan di bale gong.  

Berbagai perkiraan bisa saja disodorkan tapi upacara agama bukanlah apel bendera yang bisa dilatih lewat gladi kotor dan gladi resik. “Semakin besar yadnya dipersembahkan, semakin besar pula gangguan yang menggoda,” ujar Jero Gede saat ditanya tentang kesulitan yang dihadapi selama  mempersiapkan yadnya.“Geng karya, geng goda,” katanya.  
AS, WS 

Comments

Popular posts from this blog

Sasih Kaulu: Mulai Ngaben dan Nganten

Setelah Buda Kliwon Pahang, 9 Februari 2000, mulai baik melangsungkan kegiatan upacara perkawinan (nganten) maupun ngaben. Namun, hujan sering mengguyur. Hati-hati dengan blabur Kaulu. Sasih Kaulu (bulan Kedelapan) kali ini bermula sejak Saniscara (Sabtu)-Umanis, wuku Pujut, tanggal 5 Februari. Akan berakhir pada Redite (Minggu)-Kliwon, wuku Medangkungan, tanggal 5 Maret 2000 nanti. Dalam perhitungan kalender Bali, sasih Kaulu ini  nguya Karo . Artinya, sasih ini terpengaruh oleh karakter umum sasih Karo (bulan Kedua). Itu sebabnya, selain mendung dan hujan deras yang menjadi ciri umum Kaulu, udara dingin Karo pun bakal menghembus.  Cuma, bila hujan tak kunjung turun, langit bakal tersaput awan tebal. Di siang hari, ini akan menjadikan cuaca sangat gerah, meskipun sinar matahari tak terik. Yang perlu dicermati benar: hati-hatilah dengan intaian  blabur  Kaulu. Datangnya bisa sewaktu-waktu berupa hujan angin amat lebat beberapa hari sehingga memicu banjir deras. Ai...

SARAD

  Beginilah kami haturkan sembah kami  ke hadapan-Mu,  Hyang Paramakawi .  Karunia beras-Mu  kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami  ulat-ulat  jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu,  Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati  Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung  menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. .   Maka, inilah  SARAD  persembahan kami  Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk  kayonan  cerah  makenyah  kami letakkan di sisi kiri  pamedal genah tawur   di...

Wuusssss….. I Tundung Lewat

Wuusssss….. I Tundung Lewat Orang Tenganan Pegringsingan yakin, selain berkat awig-awig, kelestarian hutan mereka beserta isinya juga karena dijaga ketat oleh seekor ular siluman bernama I Lelipi Selahan Bukit. Sebelum menjadi ular, ia adalah seorang manusia bernama I Tundung. Kisah I Tundung ini tetap menjadi cerita rakyat yang sangat menarik hingga kini. Alkisah, seorang lelaki bernama I Tundung sehari-hari menjaga kebun milik I Pasek Tenganan di Bukit Kangin. Tegal Pasek, kendati sudah dijaga Tun-dung, sering kecurian. Hari ini nangka yang hilang, besok pasti durian atau nenas yang lenyap. Tentu Tundung sangat geram. Berhari-hari ia mengintip si pencuri, tetapi selalu saja lolos. Ia pun bersemedi, meminta bantuan Yang Gaib agar  berubah jadi ular (lelipi). Ketekunan tapanya dika-bulkan. I Tundung bisa bersiluman  jadi lelipi.