Skip to main content

Om Swastiastu

SARAD

  Beginilah kami haturkan sembah kami  ke hadapan-Mu,  Hyang Paramakawi .  Karunia beras-Mu  kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami  ulat-ulat  jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu,  Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati  Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung  menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. .   Maka, inilah  SARAD  persembahan kami  Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk  kayonan  cerah  makenyah  kami letakkan di sisi kiri  pamedal genah tawur   di...

Kaceluag

Piodalan di pura selalu menyuguhkan denyar warna-warni pakain umat yang datang bersembahyang. Yang masih bisa jelas dibedakan biasanya busana pemangku, seka gong dan pragina (penari) yang biasanya ngaturang ayah masolah. Selain alasan anut ring sasana (mengikuti aturan) prihal busana, perbedaan ini  perlu agar memberi ciri yang lebih jelas kepada sekaa gong dan pragina itu, sehingga tidak campur aduk dengan pamedek lainnya. 


Kejadian salah sangka akibat ciri busana pernah terjadi di Pura Penataran Agung Pucak Mangu saat piodalan Desember 1999 lalu. Lepas tengah hari, Panitia mengumumkan lewat pengeras suara agar para pengayah bersiap-siap mundut pralingga Ida Batara mapurwa daksina (mengelilingi pura) sebelum nyineb. 
Lebih dari sepuluh orang anggota sekaa teruna berbusana adat masuk ke natar pura sembari membawa tumbak. Orang-orang di sekitar natar ikut berdiri, mengira prosesi purwa daksina segera dimulai karena gamelan ditabuh menghentak irama baleganjur.  Eh… ternyata para teruna itu menari baris tumbak. Orang-orang yang semula ikut berdiri, satu persatu duduk kembali sambil mengulum senyum menoleh teman sebelahnya yang juga senyum-senyum, co-ngah. Tidak terjadi heboh, karena salah sangka itu tidak terlalu kentara. 
Usai tari baris tumbak, kembali terdengar pengumuman dari Panitia di jeroan agar para pamedek bersiap-siap melakukan persembahyangan sebelum nedunang pralingga Ida Batara. Bersamaan dengan itu delapan orang gadis membawa bokor kecil berisi kewangen, juga berbusana adat biasa warna-warni, mengambil tempat berjajar dengan sikap bersimpuh di tengah natar. Orang-orang di sekitar natar yang su-dah kaceluag (salah sangka) oleh si teruna baris tumbak nampak diam tenang-tenang saja. Barangkali tak ingin kehilangan tongkat kedua kali. 
Tiba-tiba dari arah candi bentar seorang ibu tergopoh-gopoh menuntun anak perem-puannya, mungkin karena mendengar pengumuman panitia, ikut bersimpuh di antara jajaran gadis-gadis itu. Rupanya dia menyangka acara pamuspaan sudah mulai. Ketika gadis-gadis di sebelahnya mengambil kewangen dan muspa, si ibu dan anaknya ikut mulai muspa. Saat akan muspa berikutnya, si ibu melirik gadis di sebelahnya. Nah, ternyata gadis-gadis itu melakukankan gerak tarian dalam sikap bersimpuh. Karuan saja si ibu kelabakan tak karuan, kebilbil. Merasa dirinya kaceluag, mukanya merah padam menahan malu.Buru-buru ia mengajak putrinya berlari kecil menuju jeroan. Di situ mereka mengulangi muspa dari awal, tangan puyung.  

Made Widnyana Sudibya

Comments

Popular posts from this blog

Sasih Kaulu: Mulai Ngaben dan Nganten

Setelah Buda Kliwon Pahang, 9 Februari 2000, mulai baik melangsungkan kegiatan upacara perkawinan (nganten) maupun ngaben. Namun, hujan sering mengguyur. Hati-hati dengan blabur Kaulu. Sasih Kaulu (bulan Kedelapan) kali ini bermula sejak Saniscara (Sabtu)-Umanis, wuku Pujut, tanggal 5 Februari. Akan berakhir pada Redite (Minggu)-Kliwon, wuku Medangkungan, tanggal 5 Maret 2000 nanti. Dalam perhitungan kalender Bali, sasih Kaulu ini  nguya Karo . Artinya, sasih ini terpengaruh oleh karakter umum sasih Karo (bulan Kedua). Itu sebabnya, selain mendung dan hujan deras yang menjadi ciri umum Kaulu, udara dingin Karo pun bakal menghembus.  Cuma, bila hujan tak kunjung turun, langit bakal tersaput awan tebal. Di siang hari, ini akan menjadikan cuaca sangat gerah, meskipun sinar matahari tak terik. Yang perlu dicermati benar: hati-hatilah dengan intaian  blabur  Kaulu. Datangnya bisa sewaktu-waktu berupa hujan angin amat lebat beberapa hari sehingga memicu banjir deras. Ai...

SARAD

  Beginilah kami haturkan sembah kami  ke hadapan-Mu,  Hyang Paramakawi .  Karunia beras-Mu  kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami  ulat-ulat  jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu,  Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati  Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung  menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. .   Maka, inilah  SARAD  persembahan kami  Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk  kayonan  cerah  makenyah  kami letakkan di sisi kiri  pamedal genah tawur   di...

Wuusssss….. I Tundung Lewat

Wuusssss….. I Tundung Lewat Orang Tenganan Pegringsingan yakin, selain berkat awig-awig, kelestarian hutan mereka beserta isinya juga karena dijaga ketat oleh seekor ular siluman bernama I Lelipi Selahan Bukit. Sebelum menjadi ular, ia adalah seorang manusia bernama I Tundung. Kisah I Tundung ini tetap menjadi cerita rakyat yang sangat menarik hingga kini. Alkisah, seorang lelaki bernama I Tundung sehari-hari menjaga kebun milik I Pasek Tenganan di Bukit Kangin. Tegal Pasek, kendati sudah dijaga Tun-dung, sering kecurian. Hari ini nangka yang hilang, besok pasti durian atau nenas yang lenyap. Tentu Tundung sangat geram. Berhari-hari ia mengintip si pencuri, tetapi selalu saja lolos. Ia pun bersemedi, meminta bantuan Yang Gaib agar  berubah jadi ular (lelipi). Ketekunan tapanya dika-bulkan. I Tundung bisa bersiluman  jadi lelipi.