Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Om Swastiastu

SARAD

  Beginilah kami haturkan sembah kami  ke hadapan-Mu,  Hyang Paramakawi .  Karunia beras-Mu  kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami  ulat-ulat  jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu,  Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati  Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung  menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. .   Maka, inilah  SARAD  persembahan kami  Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk  kayonan  cerah  makenyah  kami letakkan di sisi kiri  pamedal genah tawur   di...

Bersahabat dengan Batara Kala

Manusia, sebenarnya, bisa menjadi lebih besar daripada waktu. Manusia juga bisa memilih hari dan jalan kematiannya dengan benar. Syaratnya: jiwa-pribadi harus jernih, bening.   Tersulut hasrat ingin melanggengkan kekuasaan dan wibawanya atas seantero jagat, raja  Purusada  mengadakan tawar-menawar dengan  Batara Kala . Hasilnya: Purusada diwajibkan mempersembahkan 100 orang raja hidup-hidup kepada  Batara Kala .        Tak urung dimulailah petualangan penaklukan Purusada ke kerajaan-kerajaan lain. Ditopang angkatan perang tangguh dan kesaktian pribadi yang ulung, 100 kerajaan pun takluk di bawah kuasanya. Mereka semua dimasukkan dalam kerangkeng, sebagai tahanan. Celakanya, setelah menatap satu per satu raja-raja persembahan Purusada tersebut, Batara Kala langsung hilang selera. Bagi Kala, 100 raja yang berhasil ditaklukkan Purusada sama sekali tak ada artinya, karena di antara mereka tak termasuk Raja Hastina yang bernama  Sutasoma ...

Darah Daging Bali Bernama Waktu

Pandangan waktu manusia Bali sudah mendarah daging. Jangankan kegiatan yang berkaitan dengan niskala, kegiatan sekala pun tak lepas dari pemilihan waktu. Kenapa saat tengai tepet, sandya-kala, tengah lemeng, dilarang bepergian?         Saya iri kepada ibu di kampung. Dia bebas memilih waktu mengerjakan sesuatu, sesukanya. Tak ada jadwal yang mengikatnya. Dia benar-benar bebas," keluh  Putu Jaya , 38 tahun. "Sangat beda dengan saya. Detik demi detik terikat jadwal yang ketat," imbuh ayah dua anak ini.    Sebagai manajer pemasaran sebuah hotel bintang lima di kawasan Nusa Dua, jadwal Putu sangat ketat, memang. Lebih-lebih lagi saat musim paceklik turis seperti belakangan ini. Amuk massa yang meletup di Buleleng, Jembrana, dan Badung, 20-21 Oktober 1999 lalu rupanya berimbas dahsyat terhadap citra pariwisata Bali. Ditambah ketegangan hubungan pemerintah Indonesia dengan Australia gara-gara urusan Timor Timur dan disusul pula larangan pemerintah Am...

Sabar, Milenium Bali 79 Tahun Lagi

Kaum pedagang hanya menjadikan Bali sebagai merek dagang dengan isu milenium. Dijual mahal dengan aneka paket glamor. Di sisi lain, orang Bali sendiri hanya milu-milu tuung milenium. Padahal, milenium Bali baru tiba 79 tahun lagi.         Alangkah dahsyat sihir milenium. Seluruh jagat pun terpukau. Aneka barang dagangan sontak dikait-kaitkan dengan milenium. Dari motor hingga sandal jepit pun berlabel milenium. Pameran dagang sampai diskon pasar swalayan tak urung mengait-ngaitkan diri dengan milenium. Dunia gaduh, riuh. Orang-orang berceloteh perihal satu kata yang sama: milenium. Inilah dia akhir tahun yang paling hingar bingar. Orang sunguh-sungguh dibuat mabuk dan bergoyang-goyang.   

Pedanda Bisa Raja pun Boleh

Adat Bali memposisikan laki dan perempuan setara dan berpasangan. Masing-masing punya tugas dan kewenangan sendiri. Mau jadi pendeta bisa, menjadi raja pun tak dilarang.     Sungguh kasihan wanita Bali. Hidupnya didominasi laki-laki. Mereka tak  berhak mendapatkan warisan. Hanya laki-laki yang berhak atas warisan. Bali itu diskriminatif!”   Tanpa hujan tanpa angin, seorang pe-ngacara wanita yang juga dikenal sebagai aktivis perempuan di Jakarta tiba-tiba saja membanjirkan tudingannya. Karena diberondongkan dalam suatu jumpa pers, kontan saja media massa cetak maupun elektro-nik mengutip omongan sang pengacara yang meluncur layaknya air bah itu, belum lama berselang. Dan, kesimpulan semacam ini bukanlah yang pertama kali dilontarkan orang luar terhadap Bali. Tapi, benarkah adat Bali berlaku tak adil bagi wanita?  

Mimpi Luwih Luh Luwes

Pengusaha kerajinan perak, Desak Made Suarti, sepakat wanita Bali dikatakan sudah memiliki potensi kuat. “Tiang lihat wanita Bali sudah memiliki kekuatan, semangat, kecerdasan, kelembutan  sebagai seorang luh luwih (wanita utama) dan luh luwes. Tinggal ditingkatkan untuk memasuki dunia mo-dern,” paparnya.     Wanita Bali asal Gianyar yang disun-ting pria Amerika ini menilai, perempuan modern di Eropa dan Amerika, memang memiliki kecantikan, namun cenderung melupakan sisi kewanitaannya. “Mereka lupa mengontrol diri terhadap apa yang semestinya ia lakukan sebagai seorang wanita,” katanya. Sebaliknya, wanita Bali meskipun masuk jagat modern,  tetap punya jati diri, seperti kesetiaan pada suami, mendidik anak, dan bertanggung jawab terhadap keluarga.    

Di Antara Tugas dan Pesona

Wanita Bali banyak dikagumi orang asing sejak 1920-an. Bahkan disebutkan sebagai wanita asli tercantik di dunia. Belakangan, peneliti luar menilai wanita Bali terdesak dan dieksploitasi laki-laki. Bagaimana pendapat wanita Bali dan peneliti lokal? Wanita asli tercantik di dunia. Begitulah predikat yang pernah disematkan orang asing terhadap wanita Bali. Adalah Helen Eva Yates dalam bukunya, Bali: Enchanted Isle (Bali, Pulau yang Memikat), yang terbit 1933 di London, memberikan penilaian gemilang itu. Pujian tersebut dicetuskan setelah Helen melihat kulit sawo matang wanita Bali yang mengkilat disiram sinar matahari, karena tanpa baju. Helen melenggang di Bali sebagai turis tahun 1920-an. Wanita Bali memang memikat perhatian pengamat asing sejak 1920-an. Tak mengherankan, bila banyak buku-buku sarjana asing yang mengungkapkan soal wanita Bali. Baik karena kecantikannya maupun tanggung jawabnya dalam pekerjaan rumah dan ritual. Namun, di balik puja-puji tentang wanita Bali, Helen jug...

Tiang Peradaban Bernama Wanita

Kitab Manawadharmasastra menyuratkan: Di mana wanita dihormati di sana dewa-dewa merasa senang. Tetapi di mana wanita tidak dihormati, maka tidak ada upacara suci apa pun yang akan berpahala. Maka, tak berlebihan bila wanita disebutkan sebagai tiang peradaban.   luh luih    luh luu    luh galuh    bacakan luh    ne patut suluh   Adalah Made Sanggra (74), penyair Bali modern yang juga tokoh veteran, menulis puisi jenaka sarat makna itu dalam buku Kidung Republik, terbitan Yayasan Wahana Dharma Sastra, Sukawati, Gianyar, 1997. Judulnya: Luh (Wanita).  Bagi Anda yang lihai berbahasa Bali, deretan lima baris kata tersebut tentulah bukan semata-mata akrobat kata-kata. Sebalik-nya,  justru mengurai makna wanita dalam visi Bali secara mendalam:  /wanita utama (luh luih)/ wanita hina dina (luh luu)/ wanita ayu mempesona (luh galuh)/ itulah ragam wanita (bacakan luh)/ yang patut dijadikan cermin (ne patut suluh)// ....