Skip to main content

Om Swastiastu

SARAD

  Beginilah kami haturkan sembah kami  ke hadapan-Mu,  Hyang Paramakawi .  Karunia beras-Mu  kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami  ulat-ulat  jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu,  Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati  Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung  menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. .   Maka, inilah  SARAD  persembahan kami  Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk  kayonan  cerah  makenyah  kami letakkan di sisi kiri  pamedal genah tawur   di...

Kapitu, Gerhana Bulan Total




Selain ditandai gerhana bulan total, sasih kapitu Januari 2000 merupakan saat baik melangsungkan pernikahan. Langit tersaput mendung,  dan angin masih berhembus kencang.
 

  
Bagi Anda yang gemar membaca tanda-tanda alam, sasih Kapitu (bulan Ketujuh) tentu menarik dicermati. Selain hujan masih ‘rajin’ akan turun mengguyur bumi, gerhana bulan total pun bakal hadir, tepatnya pada hari Jumat-Umanis, 21 Januari 2000. Gerhana bulan (bulan kapangan) penuh ini diperkirakan bakal mulai pukul 11.01.4 waktu di Bali (WITA) dan berakhir pukul 13.25.4. Sayangnya panorama langka ini tak bisa disaksikan dari Bali, bahkan tak juga dari sisi mana pun di Indonesia.  

Sasih Kapitu pada bulan Januari 2000 ini tepatnya dimulai sejak hari Jumat-Paing, tanggal 7, bersamaan dengan jatuhnya hari Paing Galungan. Pada sasih yang menyisakan hanya sehari wuku Sungsang dan menghadirkan wuku Galungan, Kuningan, Langkir, Medangsia, serta Pujut (2 hari) ini selain ada hari suci Galungan dan Kuningan, juga baik untuk melangsungkan upacara perkawinan (pawiwahan), potong gigi (matatah) di samping upacara ngaben hingga ngaroras.  

Berdasarkan perhitungan wuku dan wewaran, upacara yang tergolong bhuta yajna biasanya dihindarkan pada sasih ini. Sedangkan menurut perhitungan Sapta-wara-titi, kegiatan upacara yang termasuk dewa yajna tidak lazim digelar pada sasih Kapitu, mengingat secara keseluruhan alam semesta diyakini belum berada dalam kondisi tenang alias masih labil. Langit masih akan sering tersaput mendung tebal. Angin masih berembus kencang. Namun demikian, odalan-odalan yang bersifat rutin saban 210 hari (= 6 bulan dalam hitungan Bali) tetap saja dilangsungkan, termasuk odalan di pura kahyangan jagat/dang kahyangan di seantero Bali.  

PIODALAN 

Kamis-Umanis, 6 Januari: bersamaan dengan hari Umanis-Galungan  piodalan di dua pura sad kahyangan, masing-masing di Pura Lempuyang Luhur (Karangasem) dan Pura Watukaru (Tabanan).  
Dalam kesatuan pura-pura sad kahyangan, Pura Lempuyang Luhur menempati posisi di timur sebagai stana Ida Sang Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Iswara, sedangkan Pura Watukaru terletak di arah barat sebagai stana Hyang Widhi dalam manifestasi sebagai Mahadewa. Menurut naskah-naskah babad, pendirian Pura Lempuyang Luhur sangat terkait dengan mitos kedatangan Bhatara Hyang Tiga di Bali dari Gunung Semeru (Jawa Timur). Adapun Pura Watukaru diperkirakan dibangun oleh Mpu Kuturan semasa pemerintahan Sri Musala Musali di Bali sekitar abad ke-11.  

Sabtu,-Kliwon, 15 Januari: bersamaan dengan jatuhnya hari suci Kuningan, di kawasan Pura Besakih digelar piodalan di Pura Ulun Kulkul, di palinggih Ida Ratu Silamajemuh dan Bhatara Sakti Wawu Rawuh di kompleks Penataran Agung Pura Besakih 
Pura Ulun Kulkul menempati posisi arah barat Pura Besakih dan merupakan stana (tempat bersemayam) Dewa Mahadewa. Di Pura Ulun Kulkul inilah setiap hari Tilem (bulan gelap penuh) sasih Katiga (bulan ketiga, sekitar Agustus-September) dilangsungkan upacara Aci Pang-urip Bhumi, yang bertujuan memohon ke hadapan Hyang Widhi agar memberikan daya hidup kepada bumi beserta segala isinya. Sedangkan bila ada upacara-upacara besar di kawasan Pura Besakih, maka di palinggih Ida Ratu Silamajemuh inilah umumnya dimohonkan agar tidak turun hujan. Karenanya, di hadapan palinggih Ida Ratu Silamajemuh api dengan asapnya akan mengepul terus dari dupa atau kayu terpilih yang dibakar agar hujan tak turun.  

Rabu-Wage, 19 Januari: piodalan di palinggih Ida Ratu Sundaring Jagat, di Penataran Agung Besakih dan di Pura Tanah Lot (Tabanan). 
Pura Tanah Lot tergolong pura dang kahyangan karena terkait erat dengan kisah perjalanan pendeta visioner Hindu asal Jawa Timur, Dang Hyang Nirartha, yang mengadakan dharmayatra di jagat Bali sekitar abad ke-15. Sesuai dengan namanya, Pura Tanah Lot hingga kini memang tetap berdiri di seonggokan batu karang di tengah lautan (lot).  Lot berarti ‘laut’, sehingga kelod (kelot) berarti ‘menuju ke laut’. Sebelum populer dengan sebutan Tanah Lot, pura ini dinamakan Pura Pakendungan.  

Selasa-Kliwon, 25 Januari: piodalan di Pura Luhur Uluwatu (Badung), Pura Andakasa (Karangasem), Pura Goa Lawah (Klungkung), dan Pura Taman Ayun (Mengwi, Badung).  

Baik Pura Luhur Uluwatu, Pura Andakasa, maupun Pura Goa (Guwa) Lawah sama-sama termasuk pura sad kahyangan di Bali. Dalam konsep Padma Bhuwana, Pura Uluwatu yang diperkirakan dibangun oleh Mpu Kuturan pada zaman pemerintahan Sri Masula Masuli (sejak tahun 1178) di Bali ini menempati arah barat daya sebagai stana Dewa Rudra. Pura Andakasa di selatan sebagai stana Dewa Brahma, dan Pura Goa Lawah di tenggara sebagai stana Dewa Mahesora.  Pura Goa Lawah diperkirakan dibangun pada abad ke-11 oleh Mpu Kuturan dan diberi nama Goa (Guwa) lawah oleh Dang Hyang Nirartha atau Dang Hyang Dwijendra semasa pemerintahan Dalem Gelgel, Sri Waturenggong.

Rabu-Kliwon, 19 Februari: bersamaan dengan hari Buda-Kliwon-Pahang, piodalan di Pura Silayukti.  
Pura Silayukti yang berada di sebelah utara Pelabuhan Padangbai, Karangasem, ini secara mitologis dikaitkan dengan keberadaan Mpu Kuturan di Bali. Konon di sinilah rohaniwan yang berjasa mempersatukan sekte-sekte yang ada di Bali ini mencapai moksa.  

Rabu-Wage, 23 Februari: bersamaan dengan Buda-Cemeng-Merakih, piodalan di Pura Petitenget, Kerobokan, Badung.  

Siwaratri  
Satu momen penting yang perlu diperhatikan pada bulan Februari 2000 nanti adalah hari suci Siwaratri. Tepatnya, pada Kamis-Wage, 3 Februari.  Hari suci ini jatuh setiap setahun sekali, yakni pada hari keempat belas setelah purnama, atau sehari sebelum Tilem Kapitu. Pada hari inilah seyogyanya dijadikan momentum yang baik untuk memutar Kesadaran (amuter tutur pinahayu) untuk mencapai peningkatan pendakian rohani. Caranya, dengan melakukan tapa, brata, yoga, dan semadhi. 


Comments

Popular posts from this blog

Sasih Kaulu: Mulai Ngaben dan Nganten

Setelah Buda Kliwon Pahang, 9 Februari 2000, mulai baik melangsungkan kegiatan upacara perkawinan (nganten) maupun ngaben. Namun, hujan sering mengguyur. Hati-hati dengan blabur Kaulu. Sasih Kaulu (bulan Kedelapan) kali ini bermula sejak Saniscara (Sabtu)-Umanis, wuku Pujut, tanggal 5 Februari. Akan berakhir pada Redite (Minggu)-Kliwon, wuku Medangkungan, tanggal 5 Maret 2000 nanti. Dalam perhitungan kalender Bali, sasih Kaulu ini  nguya Karo . Artinya, sasih ini terpengaruh oleh karakter umum sasih Karo (bulan Kedua). Itu sebabnya, selain mendung dan hujan deras yang menjadi ciri umum Kaulu, udara dingin Karo pun bakal menghembus.  Cuma, bila hujan tak kunjung turun, langit bakal tersaput awan tebal. Di siang hari, ini akan menjadikan cuaca sangat gerah, meskipun sinar matahari tak terik. Yang perlu dicermati benar: hati-hatilah dengan intaian  blabur  Kaulu. Datangnya bisa sewaktu-waktu berupa hujan angin amat lebat beberapa hari sehingga memicu banjir deras. Ai...

SARAD

  Beginilah kami haturkan sembah kami  ke hadapan-Mu,  Hyang Paramakawi .  Karunia beras-Mu  kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami  ulat-ulat  jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu,  Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati  Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung  menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. .   Maka, inilah  SARAD  persembahan kami  Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk  kayonan  cerah  makenyah  kami letakkan di sisi kiri  pamedal genah tawur   di...

Wuusssss….. I Tundung Lewat

Wuusssss….. I Tundung Lewat Orang Tenganan Pegringsingan yakin, selain berkat awig-awig, kelestarian hutan mereka beserta isinya juga karena dijaga ketat oleh seekor ular siluman bernama I Lelipi Selahan Bukit. Sebelum menjadi ular, ia adalah seorang manusia bernama I Tundung. Kisah I Tundung ini tetap menjadi cerita rakyat yang sangat menarik hingga kini. Alkisah, seorang lelaki bernama I Tundung sehari-hari menjaga kebun milik I Pasek Tenganan di Bukit Kangin. Tegal Pasek, kendati sudah dijaga Tun-dung, sering kecurian. Hari ini nangka yang hilang, besok pasti durian atau nenas yang lenyap. Tentu Tundung sangat geram. Berhari-hari ia mengintip si pencuri, tetapi selalu saja lolos. Ia pun bersemedi, meminta bantuan Yang Gaib agar  berubah jadi ular (lelipi). Ketekunan tapanya dika-bulkan. I Tundung bisa bersiluman  jadi lelipi.