Skip to main content

Posts

Om Swastiastu

SARAD

  Beginilah kami haturkan sembah kami  ke hadapan-Mu,  Hyang Paramakawi .  Karunia beras-Mu  kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami  ulat-ulat  jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu,  Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati  Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung  menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. .   Maka, inilah  SARAD  persembahan kami  Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk  kayonan  cerah  makenyah  kami letakkan di sisi kiri  pamedal genah tawur   di...

SARAD

  Beginilah kami haturkan sembah kami  ke hadapan-Mu,  Hyang Paramakawi .  Karunia beras-Mu  kami tumbuk-tumbuk jadi tepung sari tepung kasih-Mu kami  ulat-ulat  jadi adonan dasar buat persembahan memuja-Mu. Beginilah kami memulai memaknai anugerah-Mu,  Pakulun Hyang Paramakawi , dengan tangan renta ini kami pilin-pilin angkara inderawi yang senantiasa menggoda kelobaan hati kami. Dengan napas terkendali di jagat diri dengan arah pikir memusat ke puncak keberadaan-Mu kami persembahkan kebeningan hati  Maka, jadikanlah jiwa kami damai berkatilah anak cucu kami yang belia berjari lentik itu ketekunan menimba kearifan tradisi merangkai butir demi butir tepung  menjadi untaian persembahan benar mulia, suci, dan indah. .   Maka, inilah  SARAD  persembahan kami  Ampunilah, Duh Hyang, hanya untaian cinta berbentuk  kayonan  cerah  makenyah  kami letakkan di sisi kiri  pamedal genah tawur   di...

Galungan, Hari Raya Asli Indonesia

Galungan yang dinyatakan sebagai kemenangan dharma atas adharma adalah tafsir baru. Orang Bali semestinya memasuki hari raya kemenangan itu dengan penuh kehati-hatian.   Bali punya banyak hari raya, memiliki banyak hari baik. Tapi yang paling meriah dirayakan adalah  hari Galungan. Inilah hari besar yang penuh dengan warna suka cita, semarak, diyakini sebagai hari otonan jagat. Hari yang penuh dengan hiburan, dan itu juga berarti hari-hari yang penuh dengan kegiatan kesenian.   Kepada SARAD, pengurus Pusat Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI),  Drs Gede Sura   mengungkap makna hari raya Galungan itu. Sebuah hari besar yang khas dan asli Indonesia, yang lazim dilakoni oleh masyarakat agraris. “Galungan adalah hari kemenangan, yang memang seyogyanya kita rayakan dengan meriah,” ungkap Sura.   Mengapa kita mesti merayakan Galungan dengan meriah?   Untuk Bali, secara tradisional Galu-ngan dirayakan kembali sejak zaman pemerintahan Sri Jaya Kusunu. Karena...

Komang Sudiani - Tukang Banten

B anyak dara manis bisa ditemui kalau ada karya agung seperti  Eka Dasa Rudra  atau  Panca Bali Krama , misalnya. Mereka datang  mabakti , mengenakan kebaya anyar, kain bangus, dan menebarkan wangi parfum. Tapi sedikit  sekali gadis yang sibuk menjadi  pengayah , membantu kelancaran upacara.  Komang Sudiani  tentu beda. Tubuhnya yang sedang membuat ia selalu gesit sibuk  carat-curut  setiap ada karya di pura  Sad Kahyangan . " Tiang  sudah biasa  ngayah  seperti ini. Kadang harus memperbaiki  jejaitan  atau  tandingan banten . Cukup melelahkan, tapi  tiang  bahagia," katanya kepada SARAD ketika ia  ngayah  di Pura Ulun Danu Batur.   Bagi  Koming , panggilannya sehari-hari,  ngayah  di pura Sad Kahyangan adalah kebahagiaan paling lengkap. Maklum,  ngayah  sudah dilakoninya sejak kecil. Biasanya ia berangkat bersama adik dan kakaknya, mengikuti  uwa- ...

Putu Suasta - Nganten

S ejauh-jauh lelaki pergi, akhirnya kembali jua ke pangkuan wanita.  Putu Suasta , lelaki Bali pengelana itu, melepas masa lajang-nya. Resepsi pernikahannya diselenggarakan di Taman Budaya, Denpasar, malam Minggu, 13/11/99 lalu. Tentu ia punya alasan tersendiri untuk itu. "Saya menyukai tempat ini, karena di sini saya bertemu rekan-rekan yang selalu bahagia karena mereka menikmati jiwa yang merdeka," ujar Putu di tengah riuh rendah rekan-rekannya memberi ucapan selamat.   Putu, di antara kesibukannya menjadi pembicara di banyak seminar, jadi moderator di banyak diskusi, selalu menyempatkan diri mampir ke Taman Budaya. Ia mendirikan Warung Budaya, tempat kunpul-kumpul seniman muda, terutama sastrawan.   Apakah ia akan tetap garang mengecam ketidakberesan di Bali seperti sering dilakukannya selama ini? Setelah berumahtangga apakah ia tetap menyemburkan kritik untuk penguasa? "Pasti, saya akan tetap konsisten dengan apa yang saya perjuangkan," ujar putra pertama Made M...

Jero Gede Batur - Dwi Tunggal

J ejak sejarah dwi tunggal tak cuma hadir di percaturan politik nasional (seperti Soekarno-Hatta, atau Gus Dur-Megawati), tapi juga di tingkat lokal: Bali. Dwi tunggal Bali ini tak ada sangkut pautnya dengan politik, tapi erat dengan ketakwaan umat Hindu. Siapa saja yang pernah pedek tangkil ke  Pura Ulun Danu Batur , akan bersua dengan pangelingsir pura:  J ero Gede Duwuran  dan  J ero Gede Alitan , sering disebut sebagai  Jero Gede Mekalihan . Artinya Jero Gede berdua.    Laku dwi tunggal  Jero Gede Mekalihan  tidak semata saat acara seremonial, tapi lebih utama pada kegiatan ritual. "Pengambilan keputusan dalam ngempon parhyangan Ulun Danu Batur mesti kami bahas berdua sebelum disampaikan kepada krama" kata Jero Gede Duwuran. Mereka berdua yang bertangungjawab menjaga keutuhan warga adat Batur, yang terbagi dalam beberapa kelompok, seperti  Jero Gamel, Jero Baris, Jero Undagi.   Jero Gede Duwuran  mengaku hadir di Besakih ke...

Sabar bli ! Milenium Bali, 79 tahun lagi.

  sabar bli ! milenium bali, 79 tahun lagi

Jejak Kalender Pawukon Bali

Kapan sistem kalender Bali dimulai? Agak sulit, memang, mencari jawaban pastinya. Namun, setidaknya bisa diberikan gambaran bahwa pembauran astronomi khas Nusantara dengan astronomi Hindu di Bali bisa dirunut sejak zaman pra-Hindu di Nusantara. Temuan data arkeologi berupa fosil manusia Gilimanuk di ujung barat Bali pada tahun 1962 bisa memberikan gambaran bahwa Bali pada zaman pra-Hindu bukanlah kawasan yang tak berpenghuni. Menurut pakar arkeologi Prof Dr Soejono, manusia Gilimanuk itu diperkirakan sudah berumur 2000 tahun.    Satu hal yang menarik dari temuan fosil manusia Gilimanuk itu adalah pembuktian ilmiah bahwa tata cara penguburan saat itu sangat bervariasi. Ini berarti, pada saat itu penghuni Bali (Gilimanuk) sesungguhnya sudah menganut peradaban yang tinggi. Bekal penguburannya, misalnya, mempunyai ciri khas Gilimanuk dan belum pernah ditemukan di tempat lain. Sebut saja, misalnya, bekal periuk dan peralatan yang terbuat dari perunggu berbentuk unik. Ini oleh ...