Bebotoh Pantang Disapa

Boleh jadi pulau yang paling banyak punya julukan adalah Bali. Ia dijuluki Pulau Surga, Pulau Dewata, Pulau Kahyangan, tempat para dewa dan bidadari memberi wahyu, kemolekan, cinta, dan kasih sa-yang. Ketika dunia porak poranda oleh perang, perkelahian, atau dijejali perseteruan merebut uang dari kerja pabrik-pabrik, Bali dijuluki Firdaus Terakhir, taman yang sepenuhnya menjanjikan kedamaian. Orang-orang kaya di negeri maju, yang sering dipusingkan oleh berbagai persoalan duniawi, berbisik kepada rekan-rekannya, “Datanglah ke Bali sebelum mati.” 

Tapi selain sebagai tempat bersemayamnya para dewa, Bali juga diakui tempat bergentayangan roh-roh jahat, raksasa, monster. Buta kala ini tidak membuat pelancong takut plesir ke Bali, justru senang. Mereka ingin tahu, bagaimana orang Bali mengurus itu semua, memberi persembahan kepada para dewa, sekalian berunding dengan buta kala. Kita mengenalnya kemudian sebagai usaha orang Bali menjaga harmoni: memberi tempat bagi Yang di Atas dan di bawah. Semua diusahakan dibuat pantas.
Karena itu Bali menjadi kaya dengan mitologi, dongeng, berusia puluhan abad. Kisah itu tak mudah dijelaskan, sering tak masuk akal, sehingga tak keliru jika dikelompokkan sebagai Balinologic. Bali pun layak mendapat julukan baru: Pulau Takhayul.Kisah-kisah  kone (katanya), mula keto (memang begitu), ini menjadikan Bali unik dan otentik. Takhayul itu misalnya, kalau bebotoh (penjudi) ke tajen (sabungan ayam), pantang ia disapa.
Ciri orang ke tajen mudah dikenali: membawa ayam dalam kisa. Jika Anda kenal seakrab apa pun dengan bebotoh  membawa kisa, langsung saja buang muka. Tutup mulut Anda, pura-pura tak kenal dia. Anggap saja mereka mahluk asing. Mereka sangat benci sapaan, dan menganggapnya sebagai musuh bebuyutan.
bebotoh1
bebotoh3bebotoh4
Para bebotoh sangat yakin, jika dalam perjalanan ke arena sabung ayam mereka disapa, itu alamat lepet (sial) mereka akan kalah.Berjalan di desa sendiri, tentu banyak kerabat, sulit menghindarkan diri tidak disapa. Maka para bebotoh biasanya mencari jalan pintas, menerobos semak, lewat jalan-jalan setapak yang sepi, menghindari lepet, untuk aman ke arena tajen.
Kadang ada juga bebotoh yang berangasan. Jika di tengah jalan ia disapa, ia akan marah-marah dan menghardik orang yang baik hati menyapanya. Tapi ada juga bebotoh kalem. Ketika disapa seseorang dalam perjalanan ke arena tajen, ia akan batal bertaruh. Ia sangat yakin akan kalah. Ke arena tajen ia hanya melihat-lihat ayam dipasangi taji, sebelum unggas itu baku hantam, saling bunuh, dan berdarah-darah.

No comments:

Post a Comment