Mempererat Kekerabatan di Hari Umanis Galungan

Umanis Galungan saat tepat masimakrama, untuk mempererat tali kekerabatan. Kalau toh dimanfaatkan untuk maceki dan meapelalianan, hendaknya jangan sampai menjadi perjudian. 
Hari Umanis Galungan dimanfaatkan oleh masyarakat Bali untuk masimakrama dengan keluarga dan sanak famili. Tak ketinggalan, bajang-teruna merayakannya dengan melali ke tempat-tempat rekreasi dan pusat perbelanjaan. Ida Pedanda Gede Pidada Punia Atmadjamelihat keduanya sebagai ungkapan suka cita. Berikut pandangan Sulinggih yang pernah menjabat Ketua Umum PHDI Pusat ini. 
Mengapa saat Umanis Galungan umat Hindu melaksanakan simakrama? 
Hari Umanis Galungan adalah hari yang sangat baik mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Ini bertalian dengan aspek individu dan aspek sosial manusia. Sebagai individu, manusia tidak bisa terlepas dari ikatan kekeluargaan. Manusia tidak dapat hidup sendiri, ia memiliki ayah, ibu, saudara dan sanak famili. Apalagi mereka yang hidup saling berjauhan. Pada hari Galungan adalah tempat berkumpul kembali, bercerita dan merekatkan tali persaudaraan. Anak-anak akan tahu siapa saudara misan, mindon, dan famili lainnya. 

Kalau dulu bagaimana? 
Sebagai bagian masyarakat, manusia memiliki tempat tinggal, kampung halaman atau lingkungan masyarakat. Tak heran saat Umanis Galungan, pada masyarakat tra-disional dalam kekerabatan banjar, maka balai banjar ramai oleh warganya. Di sana masyarakat mabligbagan. Anak-anak kecil ramai bermain di halaman banjar, berkejar-kejaran atau main petak umpet. Sementara para orang tua asyik ngobrol dengan warga lainnya. Para pedagang kecil seperti dagang es daluman, kacang, rujak, dan tipat tahu menjajakan dagangannya. Suasana demikian ramai dan riang. 
Jauh sebelumnya bagaimana masyarakat merayakan  hari Umanis Galungan? 
Hari Galungan oleh masyarakat dira-yakan sangat semarak dan penuh rasa bakti. Masyarakat dengan suka cita menyambutnya. Dengan banyak cara masyarakat menunjukkan rasa baktinya ke hadapan Ida Hyang Widhi. Menghaturkan yadnya dan melakukan persembahyangan baik di pura keluarga maupun pura-pura besar lainnya.  Yajnanya dalam bentuk sesajen, perlengkapan Galungan hingga penjor dibuat dengan sebaik mungkin. Palinggih-palinggih baik di sanggah, merajan dan pura dihias dengan wastra, sampyan maupun lamak yang indah. Pada masyarakat tradisional kita dapat jelas melihatnya. Karena pada hari ini memang dirayakan sebagi hari piodalan jagat. Keesokan harinya saat Umanis Galungan, biasanya suasana desa sangat meriah. Masyarakat saling mengunjungi kerabat dan saudaranya, anak-anak bermain dan berkejar-kejaran di jalan-jalan desa. Hari ini memang dirayakan dengan penuh kegembiraan. Kadang akhirnya masyarakat dalam mengungkapkan kegembiraannya digelarlah bebalihan di balai banjar atau wantilan. Ini sebagai wujud suka ria dalam melaksanakan Umanis Galungan. Hal ini terus mengalami perkembangan. 
Perkembangannya bagaimana? 
Dari sana akhirnya kami yang duduk di Parisada menerjemahkannya dalam panduan merayakan hari besar Hindu. Dalam berbagai kesempatan pembinaan ke umat kami sampaikan, Galungan hari yang tepat dipergunakan untuk menambah rasa bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, mempertebal rasa kesradaan dan saling memaafkan dengan sesama umat manusia dalam bentuk masimakrama. Jadi tidak pada hari raya Nyepi saja kita masimakrama, di sini juga kita lakukan. 
Bedanya dengan hari Nyepi? 
Jika pada Nyepi biasanya digelar acara khusus untuk masimakrama. Misal seperti yang sering kita jumpai setelah Hari Raya Nyepi. Di sini masyarakat sendiri yang telah melaksanakannya dalam masyarakat. 
Masyarakat bersuka ria dalam melaksanakan Umanis Galungan, mengapa? 
Saya kira karena pada hari raya Umanis Galungan adalah hari mengaso, santai dan beristirahat setelah sebelumnya kita melakukan rangkaian menghaturkan yadnya dan persembahyangan kepada leluhur dan Ida Bhatara.  Setelah natab dan ngelungsur banten Galungan masyarakat akan santai dan beristirahat. Hari tersebut adalah hari pelepasan segenap proses yang dilaksanakan selama hari Galungan. Makanya tidak heran setelah itu banyak yang melali mengunjungi keluarga atau tempat rekreasi untuk bersantai. Istilahnya pada masyarakat desa pada saat inilah mereka malega-legan. 
Mengapa dikatakan santai merayakannya? 
Karena memang Umanis Galungan masyarakat rileks atau santai. Hari ini memang saatnya untuk mengaso setelah melaksanakan setiap rangkaian upacara Galungan. Mulai dari Sugihan, Penyajaan Galungan, Panyekeban, Penampahan Galungan hingga pada puncaknya yaitu Hari raya Galungan. Proses ini adalah proses manusia dalam pengendalian dan menegakkan kebajikan. Oleh karena itu Umanis Galungan merupakan hari merayakan keberhasilan menegakkan kebajikan. 
Tetapi kadang kan berlebihan? 
 Dalam merayakannya ada proses mempererat tali persaudaraan, baik dengan teman maupun saudara. Nah di sinilah oleh anak-anak dan remaja dipergunakan untuk bermain. Dulu anak-anak melali ke pantai dan tempat rekreasi tradisional. Kalau sekarang mungkin ke pasar swalayan. Bagi yang mengunjungi keluarga kesempatan ini dipergunakan untuk bercanda atau berakrab-akraban. Nah, dari sini mungkin akhirnya dalam pelaksanaannya secara jujur kita akui terdapat permainan untuk mengisi waktu. Seperti main domino atau maceki. Tapi kita harus melihatnya secara positif dalam kaitan dengan proses keakraban. 
Apa ini dibolehkan? 
Secara pribadi saya berpendapat boleh, asal itu bukan merupakan suatu permainan yang mengarah menjadi bebotoh. Hal ini kan cuma dalam waktu tertentu saja. Di Bali agama kita tidak terlalu menentang hal-hal tersebut, sepanjang tidak berlebih-lebihan. Yang dilakukan masyarakat itu kan hanya hiburan di tengah suasana suka ria. Yang paling kita hindari dan dilarang agama bila dilakukan sampai menjadi bebotoh yang sampai jual carik untuk main dom atau main ceki.  
Bagaimana caranya mengingatkan umat untuk tidak berlebihan? 
Hal ini bisa dilakukan baik oleh Parisada, pemuka agama, masyarakat itu sendiri dan yang terpenting oleh pemuka masyarakat atau adat. Karena pemuka atau tokoh masyarakat ini yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Di sana mereka dapat menyampaikan pesan agama dan bagaimana masyarakat seharusnya mengisi dan merayakan hari raya Galungan tanpa mengurangi kemeriahan dan rasa suka ria. 
Apa yang mesti dilakukan oleh umat saat Umanis Galungan? 
Dalam suasana santai rileks tersebut masyarakat tentunya harus tetap berdasarkan dharma. Pelaksanaan konsep dharma pada hari Umanis Galungan dengan melakukan kunjungan ke saudara dan sanak famili termasuk dengan masyarakat lainnya untuk masimakrama. Saling memaafkan akan kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Yang terpenting yang harus dilaksanakan umat adalah proses menenangkan diri dan pikiran. 
Kalau dari segi tattwa apa yang seharusnya dilakukan umat? 
Yang paling baik dengan mawirama atau makakawin. Melalui wiracarita kita akan banyak tahu filsafat agama. Tapi jika ingin diadakan hiburan, tidak masalah. Seperti hiburan positif yang selama ini digelar masyarakat saat Umanis Galungan. Seperti menggelar bebalihan drama gong atau arja. 
Jung Iryana  

No comments:

Post a Comment