Nyepi Nungkalik

Hari raya Nyepi, seperti yang sudah sudah, pasti diusahakan sekhusuk mungkin. Kalau bisa, tak hanya kendaraan jangan lewat di jalan raya, tapi bunyi apa pun usahakan jangan sampai terdengar. Amati geni agar sungguh dipatuhi. Malam hari harusnya gelap gulita, listrik padam total.  

Tapi nyatanya, seperti yang sudah-sudah,Nyepi khusuk total tak gampang dilaksanakan. Masih saja mobil lalu lalang, cahaya menerobos keluar dari celah-celah kordin dan genting.  


Kalau sedikit-sedikit cahaya sih masih bisa dimaklumi. Tapi di Sukawati, Gianyar, cahaya listrik justru berbinar terang ketika Nyepi sipengMaret tahun 1999 lalu. Kendati begitu malam turun tak ada orang lalu lalang di jalan, tapi lampu-lampu penerang jalan menyala terang seperti biasa. Padahal orang-orang mematikan lampu di rumah-rumah.   

Banyak yang berniat memadamkan lampu penerang jalan itu, tapi ternyata tak mudah. Masalahnya, lampu itu byar-petnya diatur oleh PLN di pusatnya. Saklar menghidup- matikan lampu-lampu tak terpasang di tiang-tiang listrik. Maka kalau hendak memadamkan lampu-lampu jalan itu, ya satu-satunya cara harus lapor ke PLN.  
Sayangnya, tak seorang pun melapor. Jadilah Nyepi tahun Caka 1921 di Sukawati bukan Nyepi yang tuntas dan komplet. Artinya, amati geni tak dilakoni. Yang terjadi adalah: jalan-jalan terang benderang, sementara dalam rumah gelap gulita.  

Keesokan harinya, ketika ngembak geni, justru terjadi sebaliknya: malam hari lampu di Sukawati padam total kurang lebih 5 jam. Jalan-jalan pun gelap gulita, sementara di rumah-rumah orang menyalakan lilin, lampu sentir, atau stormking. Keadaan pun terbalik: di luar gelap, di rumah terang.  

Made Lastra, seorang pedagang di Pasar Seni Sukawati, lalu nyeletuk, “Ini namanya Nyepi nungkalik. Nyepi yang seharusnya kemarin, terjadi sekarang.”   

Tapi seorang rekannya justru mensyukuri Nyepi nungkalik itu. “Ini bukan Nyepi nungkaliknamanya, tapi Nyepi yang seimbang. Kemarin kita Nyepi di dalam, artinya nyepi untuk mikrokosmos. Sekarang Nyepi di luar, untuk makrokosmos. Ini harus disyukuri, karena serentak kita bisa mengalaminya,” kata-nya tanpa mencoba bergurau. 
Benar juga dia. Inilah Nyepi yang unik: Nyepi untuk buana alit dan buana agung.

AS

No comments:

Post a Comment