Selalu Bersama Roh Pekak Kakul

Berbeda dengan kebanyakan desa di Bali yang kesengsem sama gong kebyar, di Desa Batuan drama tari klasik gambuh justru sangat diminati. Sesuatu yang langka dan unik memang, kalau ada remaja dan anak-anak meminati gambuh, sementara ibu dari hampir semua tari Bali ini ditinggalkan peminat seni tari Bali. Koreografer besar, penari tersohor, yang belia, cantik, pun tak tertarik pada gambuh. Beruntunglah Bali punya Batuan, karena di desa ini gambuh selalu direkontstruksi dan diperkaya tanpa mengesampingkan ciri dan keasliannya.  


remaja gambuh batuan, dijaga roh pekak kakul. foto: aryantha soethamaBagi seniman Batuan, roh Nyoman Kakul sangat diyakini menuntun mereka untuk tetap menggeluti gambuh. Mereka percaya, roh Pekak Kakul menyertai mereka ke mana pun mereka pentas. Kendati sudah meninggal 18 tahun silam, tapi roh maestro tari Pekak Kakul tetap berada di  Desa Batuan. Rohnya saban hari betah berlama-lama di rumah, menyaksikan anak-cucu, sanak saudara dan kera-batnya suntuk menekuni pegambuhan di sanggar yang didirikan puteranya, Ketut Kantor. Apalagi nama sanggar menggunakan namanya: Sanggar Tari Nyoman Kakul (STNK), didirikan 1983, setahun setelah Kakul tiada; lengkaplah kebahagiaan roh Pekak Kakul.  
Rabu malam (11/8/99) roh Kakul menikmati puncak kegembiraannya: gambuh Batuan pentas di Taman Budaya Denpasar, mengisi hari ketiga parade gambuh se-Bali. Pregina dan penabuh yang tampil adalah anak-cucu dan nyama beraya Kakul. Mereka tampil dengan lakon “Tebek Jaran Ki Dalang Anteban”. Ada penonton yang nyeletuk, “Luar biasa stamina sekaa ini.” Dan Ketut Kantor menanggapinya, “Pertunjukan menjadi panjang karena kami ingin menyajikan gambuh yang lengkap.”   
Sekaa gambuh STNK memiliki penari-penari yang kuat secara individu. Mereka tetap tampil “hidup” dan dramatik sepanjang tiga jam pertunjukan.  Boleh jadi karena roh Kakul memelototi mereka, agar selalu tampil secemerlang mungkin di pentas. Jika menari serampangan, Pekak Kakul sungguh malu. Tak heran jika malam itu gambuh Batuan tampil apik, rinci, sangat memperhatikan detail. Karawitan yang mengiringi secara teratur memberi celah kepada penari untuk menampilkan kemampuan mereka mengungkap detail-detail itu.  
Putera Kantor, Ketut Wirtawan (30), dalam parade gambuh itu tampil mempesona memerankan Prabangsa. Gerakannya ritmik, penuh getaran dan kaya vitalitas. Jika parade ini memilih penari terbaik, niscaya Ketut akan merebut predikat itu. Ia layak menyandang bintang parade.  

Aryantha Soethama 

No comments:

Post a Comment