Situs Air dengan Sebelas Tirta


Ngurah Oka Supartha, foto: prayatna sudibyaDanau Batur, memang, sebuah si- tus air terlengkap dalam jagat agraris Bali. Ada sebelas sumber air (tirtha) di seputar danau ini. Masing-masing: Telaga Waja, Danu Gadang, Danu Kuning, Bantang Anyud, Pelisan, Mangening, Pura Jati, Rajang Anyar, Manik Bungkah (Toya Bungkah), Mas Mampeh, dan Tirtha Prapen. Masing-masing sumber air ini memiliki fungsi sendiri-sendiri, sekaligus menjadi pemasok air sungai-sungai utama di Bali. Danu Kuning, misalnya, memasok (ngecok) ke Tukad Melangit di Klungkung dan Tukad Pakerisan. 
Sedangkan Danu Gading memasok air ke Tukad Bubuh, Telaga Waja ngecokin Tukad Telaga Waja yang memasok air ke subak di Karangasem dan Klungkung, demikian seterusnya. Pasokan air inilah yang kemudian menjadikan subak-subak di wilayah yang dialiri oleh sungai-sungai bersangkutan akhirnya nyungsung (bertanggung jawab) ke Pura Danu di Batur, Beratan, Tamblingan, atau malah Gunung Agung langsung. Artinya, “Subak dengan kewajiban-kewajibannya dibagi berdasarkan sumber air di hulu,” Jero Gede Makalihan, sesepuh adat Batur. 



Uniknya, keempat danau di Bali ini dihubungkan oleh Tirtha Pelisan, sehingga antara satu danau dengan danau lainnya di Bali tetap menjadi satu kesatuan. “Jagat Bali itu wantah siki, hanya satu,” tambah Jero Gede. Artinya, adalah kekeliruan mendasar bila memandang Bali sebagai bagian-bagian yang otonom hanya berdasarkan luas wilayah administratif. “Wantah siki,” ulang Jero Gede 
Sumber-sumber air yang tidak mengaliri sungai - sehingga tak mengaliri sawah - pun bukan tak ada gunanya. Tirtha itu tetap saja punya kegunaan tersendiri. Tirtha Manik Bungkah yang dikenal dengan sebutan Toya Bungkah di kalangan pariswisata, misalnya, berkegunaan untuk menyembuhkan penyakit, karena mengandung belerang. Tirtha Prapen yang cuma berupa tetesan air panas - karena muncul dari penguapan - di lereng Gunung Batur biasanya di-tuwur (dimohon) khusus bila ada karya-karya agung, upacara besar. 
Itulah yang menjadikan Danau Batur dengan Pura Ulun Danu Batur di Kintamani memiliki kedudukan sentral di Bali. Di sinilah gunung dan danau menyatu. Gunung Batur dengan asap yang terus mengepul melambangkan purusa (kekuatan maskulin, laki-laki) yang berdiri ajeg, sedangkan danau simbolik pradana (daya feminin, perempuan). Pertemuan keduanya melahirkan kesuburan. Tak berlebihan bila Jero Gede bilang, “Setiap ada upacara besar di Bali pasti nuur tirtha di Batur.” 
KS

No comments:

Post a Comment