Vcd Begituan di Zaman Kaliyuga

Gampang sekali memperoleh VCD porno. Sangat berbahaya, karena bisa menyebabkan disfungsi seksual. Salahkan manusianya, ja-ngan VCD-nya
Larut malam, dingin menusuk tulang. Di satu sudut pinggiran Denpasar masih tersisa keramaian. Maklum, tadi siang ada hajatan keluarga. Sebagian main ceki, yang lain asyik nonton video. Tua muda berbaur jadi satu. Salah seorang remaja tanggung mengganti VCD yang diputar. Sret klek......astaga! Di layar, adegan seks terhidang. Beberapa gadis berteriak kaget, setelah itu senyum-senyum, sembari malu-malu tetap menonton. Remaja cowok kegirangan. Beberapa orang tua yang menonton berkata pendek.’’ Beh, Nyoman, film begini yang diputar,’’ celetuk  laki setengah baya, yang kemudian  berbaur menonton bareng anak-anak remaja berusia belasan tahun itu. 
Sesungguhnya peristiwa itu bukan istimewa lagi, kini. Menonton VCD  hot kini menjamur di kalangan remaja dan keluarga di Denpasar. Semua itu tak lepas dari mudahnya untuk mendapatkan VCD-VCD begituan di rental-rental. ‘’Cukup sediakan uang tiga-lima ribu sudah dapat VCD-nya,’’ aku seorang remaja putri siswa kelas dua sebuah SMU terpandang di Denpasar. ‘’Kalau tak percaya, ini buktinya,’’ lanjut gadis hitam manis itu sembari menunjukkan sekeping VCD pada SARAD. Di sampulnya terpampang foto seorang wanita bule dengan pose seronok. Si hitam manis mengaku mendapatkannya dengan menyewa pada rental langganannya. Namun ia mengaku menontonnya sembunyi-sembunyi, biasanya saat kedua orang tuanya bekerja di kantor.  

VCD begituan itu ditonton bareng geng-nya. ‘’Kadang-kadang ada juga satu dua teman cowok yang ikutan nonton bareng, sih,’’ ujar gadis belia ini senyum-senyum. Ia mengaku menonton pertama kali karena dipinjami teman. Sebenarnya ia dijaga ketat orang tua, dilarang bergaul de-ngan teman luar rumah. Ia harus  menghabiskan waktu di rumah. ‘’Waktu itu saya lagi jenuh belajar. Tetapi mau keluar rumah lama-lama dilarang. Kebetulan ada teman yang menelepon. Di tengah obrolan, teman saya menawari VCD porno. Ada rasa takut juga awalnya, tapi rasa ingin tahu saya lebih gede. He..he…he..,’’ kenangnya.
Pengakuan Lisa (bukan nama sebenarnya-red), mahasiswa sebuah lembaga pendidikan swasta tenaga kerja profesional, lebih mengkhawatirkan lagi. Ia mengaku biasa menonton VCD blue dengan pacarnya, di kamar Lisa. ‘’Ortu ku, sudah cuek,’’ lanjutnya seolah mengerti keterkejutan dan arah pertanyaan SARAD selanjutnya. Bahkan Lisa tanpa tedeng aling-aling menceritakan pandangan dan prilakunya tentang seks. Tanpa ada rasa takut dan malu terbersit di wajahnya. ‘’Kalau mau nonton saya bisa pinjami,’’ Lisa menawarkan jasanya sembari menyeruput juice alpokat. Kalau sebelumnya ia masih malu menyewa sendiri VCD porno, kini tak lagi. Apalagi ia punya beberapa langganan rental yang bisa menyediakannya.
Maraknya VCD porno yang beredar di kalangan remaja ditanggapi staf Lab Psikiatri Fakultas Kedokteran Unud, dr. Dewa Basudewa. Dalam pengamatan dokter yang aktif sebagai sekretaris Yayasan Putra Sesana yang bergerak dalam aktivitas remaja ini, ada  tiga penyebab utama menjamurnya VCD porno di kalangan remaja. Pertama, mudahnya remaja mengakses teknologi tersebut. Kedua, longgarnya rambu kontrol sosial di masyarakat. 
Mebakti. Sebuah cara menangkal yang begituan. foto: AgustanayaKetiga, dalam situasi krisis ekonomi ini, manusia lebih banyak berusaha memenuhi  kebutuhan dasarnya. “Yakni agar tetap bertahan hidup dan berkembang biak,’’ tandas Basudewa. Dalam hal berkembang biak inilah soal seks menjadi utama. Hanya saja karena mudahnya akses teknologi oleh remaja, membuat remaja mudah mendapatkan keping VCD porno. Sikap agresifitas remaja juga menjadi salah satu pendorong. Sikap agresif ini bila dikendalikan akan mampu memberi dampak positif, namun bisa juga mendatangkan petaka. “Film seks memunculkan sikap agresifitas dasar manusia, sehingga banyak disukai remaja saat ini,’’ ujar Basudewa.
Soal agresifitas ini disetujui ketua PHDI Pusat, Drs Ketut Wiana. Menurut Wiana, kelahiran manusia merupakan hasil pertemuan antara pruhita dan predana. Pruhita adalah kesadaran manusia, sedang-kan predana itu klesa. Dalam klesa ini ada lima kegelapan, salah satunya ada-lah raga yang berarti pengumbaran hawa nafsu. “Seharusnya video tidak dipakai untuk mengumbar hawa nafsu ini,’’ kata Wiana. Jadi, bagi Wiana, yang salah dalam hal ini bukan VCD nya melainkan manusianya. “Karena manusia tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya,’’ tandasnya. Dalam kacamata Wiana saat manusia sudah diperalat hawa nafsu, itu sebagai zaman kaliyuga. Zaman dimana asura mengendalikan sura. Penyimpangan-penyimpangan pun lalu lalang.
Dampak dari maraknya peredaran VCD porno, menurut Basudewa, dapat menimbulkan penyimpangan seksual di kemudian hari saat si remaja menjadi dewasa. “Bisa dalam bentuk frigid, hi-perseks atau deviasi seksual yang dia-kibatkan imajinasi seksual saat menonton film porno tersebut,’’ ungkap Basudewa. Untuk itu ia menyarankan agar kontrol sosial ditingkatkan. “Dimana justru orang dewasa yang harus mengendalikannya. Di sisi lain, kemudahan akses remaja mendapatkan VCD porno harus diperketat,’’ tandasnya.
Wiana menawarkan cara lain ntuk mengatasi kondisi doyan VCD begituan. Ia menganjurkan, perlu ada pengembangan kekuatan bhakti kepada Hyang Widhi. “Ca-ranya, hiduplah sebagai pelayan Tuhan,’’ saran Wiana.

Ananta Wijaya 

No comments:

Post a Comment